Catatan Lebaran Kita Liburan :635 Km

Saat mau memulai catatan ini judul awal yang ingin saya pilih adalah “Saya ke Soppeng tapi tidak ke Lejjae”, yah supaya mirip-mirip portal berita online di Sulsel dengan rubrik milenialnya, yang tiap membaca saya sering bertanya “Yaa Tuhan, dimana pentingnya ini rubrik??”., tapi ah sudahlah mereka jelas punya landasan dan perhitungan pasar sendiri.
***
Baiklah kita mulai catatan ini.
Tahun ini adalah tahun kehilangan (lagi) buat keluarga saya setelah lima tahun yang lalu, namun tahun ini terasa berat karena yang pergi ialah Ibu, manusia yang sering membuat kita kesal dan jengkel karena ceramahnya, namun selalu rindu pulang karena masakannya, btw Ibu masak apa saat lebaran di surga yah?

Bapak dengan segala kebijaksanaan dan kesabarannya ,kami tahu adalah orang yang paling terpukul, maka karena itu kami putuskan lebaran ini akan jadi liburan yang agak berbeda, kami akan lakukan perjalanan melewati sebelas kabupaten sebagai sebuah keluarga.

Perjalanan kami mulai dari H+3 lebaran , berangkat dari rumah di Makassar, melewati underpass dan simpang lima yang (sayangnya) diberi nama “Simpang Lima Sayang” ???. Masuk melewati kota Maros, yang sedang bersiap dengan Grand Mall-nya, -semoga bukan sumber kemacetan baru nantinya-. Masuk ke Wilayah Kabupaten Pangkep yang jalanannya sudah baik semua, walau saya tetap saja kurang merasa nyaman melewati jalanan beton.

Lalu menuju ke wilayah Kabupaten Barru, di wilayah Pekkae kami belok kanan menuju arah Soppeng, nah di sebelah kanan nanti kita akan bertemu SPBU yang ada tempat makannya, untuk yang menuju ke wilayah Soppeng ini salah satu tempat yang asyik buat berhenti sejenak, makanan yang disajikan oleh tempat makanannya pun menarik dari Pisang sampai Pizza dan harganya terjangkau. Kami melanjutkan perjalanan masuk ke Wilayah Soppeng melalui jalur Bulu Dua, wilayah ini berkembang sebagai tempat wisata, ada begitu banyak rumah makan dan ada permandian juga, beberapa tempat wisata menyajikan pemandangan pebukitan yang indah.Pukul 12.00 akhirnya kami tiba di Takkalala, Soppeng, kampung Ibu yang telah meninggalkan kami.

Takkalala, Marioriwawo Kabupaten Soppeng sebenarnya bukanlah sebuah daerah yang biasa saja, daerah ini punya catatan sejarah tentang kelahiran seorang yang namanya menjadi kontroversi antara Pahlawan , Pemersatu atau Pengkhianat? Di tanah ini, hanya selemparan batu dari rumah yang menjadi tempat ibu saya besar.
Patung Arung Palakka di Monumen kelahirannya

Menghabiskan sore di Kabupaten Soppeng saya memilih menikmati cendol tape dan jalangkote di sekitar wilayah Cabbenge, Soppeng lokasinya terletak di sebelah kanan jika kita dari kota Soppeng menuju wilayah Cabbenge, sebelum pertigaan sebelah kanan nama warungnya warung cendol dan tape “Mari-Mari”.

Pagi harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Bira, Bulukumba, rute yang kami tempuh melewati Kabupaten Bone, masuk melalui wilayah Kecamatan Lamuru, hari kedua ini perjalanan lebih jauh dan lebih berat, jalan Kabupaten Bone tidak semuanya enak di lalui,kami melewati kecamatan Bengo arah pabrik gula Camming, masuk ke kecamatan Ponre, Kecamatan Libureng, masuk ke kecamatan Kahu, kecamatan Kajuara lalu sampailah kami ke Kabupaten Sinjai, jalur yang berat sepanjang Kabupaten Bone akan terobati dengan indahnya pemandangan persawahan.

Masuk ke Kabupaten Sinjai, patung-patung kuda menyambut kota ini nampaknya masih libur, beberapa Rumah Makan masih tutup, kami baru menemukan warung kecil yang buka ke arah luar kota Kabupaten Sinjai , menjelang jalur landai ke arah Kabupaten Bulukumba. Jalur Sinjai –Bulukumba sangat baik, marka jalan yang terawat dan kondisi aspal yang sangat baik, ah andai jalur Makassar-Bone sebagus ini mungkin saya tak perlu pegal-pegal tiap mulai akhir pekan.

Bulukumba adalah kota yang tenang dan teratur baik, namun jalur Bulukumba-Bira sempit dan tak terlalu layak jika mengingat Tanjung Bira adalah sebuah lokasi yang telah lama dijual sebagai objek wisata oleh pemerintah kabupaten Bulukumba. Saya dan keluarga menginap di Anda Bungalow, Hotel dan Resto, jika anda ingin menikmati pemandangan pantai Bira maka tempat ini sangat layak, belum lagi dengan resto yang bermodel perahu (d’perahu resto) menjadi tempat yang layak untuk dijadikan foto-foto yang instagramble lewat tangga perahu di resto ini kaki anda dapat langsung menikmati pantai putih Bira , jika anda ingin menikmati banana boat biaya yang dikenakan Rp.100.000,- (bisa untuk 6 orang, jauh lebih murah daripada bali kan?), sayangnya untuk kualitas penginapan maka sangat jauh dari yang diharapkan jika dibandingkan harga yang anda bayar, jika ingin memperoleh fasilitas hotel yang lebih baik dan pemandangan yang tidak terlalu jauh dan harga yang tidak jauh berbeda maka anda lebih baik memilih Same Hotel, Hakuna Matata resort, atau bahkan Ammatoa Hotel.
Penampakan hotel tempat kami nginap (Anda Hotel&Bungalow)

Pemerintah setempat sepertinya tidak banyak belajar bagaimana mengelola tempat wisata agar menjadi benar-benar nyaman, di bagian pantai dan masih diatas pasir putih pengelola justru membiarkan warung-warung merusak pemandangan indahnya pantai. Kelemahan mendasar lain ialah sebagai objek wisata unggulan mestinya pemerintah menata ulang penginapan-penginapan sepanjang jalur kompleks wisata Tanjung Bira, disamping itu ada baiknya pengelola menyiapkan rumah makan atau warung yang menjual makanan khas Bulukumba atau Makassar.

Menginap semalam di Tanjung Bira, besoknya perjalanan kami lanjutkan Kabupaten Bulukumba menuju Makassar, melewati Kabupaten Bantaeng, Jeneponto, Takalar, dan Gowa. Memasuki wilayah Kabupaten Bantaeng, nampak jelas kota ini teduh dan tertata rapi, Nurdin Abdullah jelas membawa perubahan yang nyata disini, jalur melewati Kabupaten Jeneponto sangat baik, kita akan melewati wilayah petani garam, dan penjual garam di kiri kanan jalan, lalu ada juga penjual lemang (makanan dari ketan yang dibakar pakai bambu), masuk ke Takalar kota ini juga cukup tenang dan lumayan rapi, jalanan akan terasa agak rusak justru ketika memasuki wiayah Kabupaten Gowa, entah mau menyalahkan siapa, si Bapak yang 10 tahun memimpin, anaknya yang baru memimpin atau justru Omnya yang 10 tahun jadi komandan?. Gowa dari segi infrastruktur jalan utama jelas tertinggal dibanding kabupaten yang saya lewati pada hari terakhir. Penataan kotanya juga mulai kelihatan semerawut.
Kami sampai di Makassar saat maghrib menjelang, dan menutup sebuah touring terpanjang yang kami lewati sebagai sebuah keluarga.

Kami melewati 635 km perjalanan darat, atau sekitar 17 jam perjalanan dengan melewati sebelas Kabupaten (Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Bone, Sinjai , Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa).
penampakan pantai Bira dan Bidadari Hatiku


Lebaran 1438 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

Puisi : Zeus di Bukit Olympus

sajak Ibu made in Aan Mansyur