Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Puisi Buat Istriku

Gambar
Aku masih lihat kabut dimatamu kelam januari belum berlalu tahukah kamu aku rindu ceriamu seperti nopember yang madu ah istriku tak kusalahkan kau tapi aku merindumu puisi ini untukmu puisi yang garing tak ada sentuhan romantisme seperti dulu saat aku mengejar kecupmu ah istriku aku lupa kau menerima cintaku karena puisi-puisiku atau karena kebaikanku oh mungkin kau menerimaku karena mimpi yg sama tentang menjadi opa oma atau karena aku pilihan satu dan terakhirmu ah istriku apapun itu yang tak kulupa kau mencintaiku

Catatan Fakir Ilmu

berhentilah menyebar tuduhan dan fitnah yg saling mengkafirkan dan menyalahkan soal keyakinan, karena bisa jadi memang kamu benar, dan yg dituduh itu salah karena kefakiran ilmunya, bagi yg tertuduh itu hanya satu kesalahan, tapi bagaimana jika yg menuduh dan memfitnah yg salah, itu berarti dua kesalahan, 1.kesalahan karena kefakiran ilmunya 2. kesalahan karena tuduhan dan fitnahnya...semoga kita terjauh dari fitnah dan sifat dzalim

Merasakan Kosong

Bulan Januari kemarin, adalah awal tahun yang berat bagi kami sekeluarga, Bapak Mertuaku berpulang ke hadirat ALLAH dengan sebuah senyuman, setelah dirawat 11 hari di R.S Bhayangkara, anakku yg lagi lucu2nya zahran tangannya terkena air panas dan dirawat juga di R.S yg sama, jadi dalam kurun waktu yg sama, kami mesti menjaga dua orang di R.S 21 januari jam 01.21 sehari setelah ulang tahunku, Bapak Mertuaku meninggal, dan itu pertama kalinya saya melihat detik saat orang meninggal. Kosong yang kurasa saat itu, Istriku menangis dipelukku, sedang adik iparku meraung2 sambil bertakbir. Bapak mertuaku tidak punya anak lelaki, jadi otomatis aku adalah anak lelaki satu2nya buat dia. Hujan langsung turun begitu Bapak mertuaku meninggal, hari itu hujan dari dini hari dan sepanjang prosesi penguburan, aku merasa kosong, Aku ikut memandikan Bapak Mertuaku setelah debat panjang antara Keluarga Bapak Mertua yg dari gorontalo dan Keluarga yg dari Makassar, sy tidak ikut berdebat soal prosesi itu, sa