Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Karebosi, Titik Nol Gerakan Peduli Pajak se-Sulselbartra

Gambar
Sebagai seorang muslim, maka bangun shalat subuh adalah hal yang biasa, namun sebagai seorang muslim dengan iman yang pas-pasan seperti saya, tidak tidur setelah shalat subuh adalah hal yang sangat luar biasa, dan itulah yang terjadi di minggu subuh, saat saya harus bergegas menuju lapangan karebosi, tempat yang sempat menjadi titik nol kota Makassar. Jarak rumah saya dan karebosi, lumayan agak jauh membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam sampai ke lokasi itu, bulan masih mengusai langit ketika saya meninggalkan rumah, dan aroma tanah basah selepas hujan masih terasa. Kondisi langit saat saya meninggalkan rumah Sesampai di lapangan Karebosi, suasana mulai agak ramai, tampak jelas Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara (Kanwil DJP Sulselbartra), Wijayanti Kemala yang dalam acara ini menjabat sebagai salah satu ketua panitia, lagi mengadakan pengarahan singkat dan membagi panitia-panitia yang bertugas menjadi

Apakah Boikot (Pajak) Sebuah Jalan?

“.... soal demo para petani, ancaman memboikot pajak dan pemilu, idealnya dilihat sebagai bentuk kesadaran politik . Artinya mereka bukan lagi golongan masyarakat yang pasif karena minimnya akses informasi dan pendidikan, cuma boleh narima ing pandum dalam hubungan antara warga negara dengan negara per se, seperti stereotype selama ini. Dan ini prestasi. Prestasi? Ya! Pertama, mengancam memboikot pajak, artinya mereka sepenuhnya sadar bahwa pajak adalah kewajiban mereka terhadap negara, tapi di dalamnya terkandung hak mereka yang harus dipenuhi oleh negara. Meski Undang-Undang menyebut “tidak mendapatkan imbalan langsung”, namun tujuan pajak tetap “bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Berangkat dari sini, harusnya bisa menjadi pemahaman bersama, bahwa tuntutan mereka sangat relevan: hak kemakmuran yang dijanjikan oleh Undang-Undang. Kedua, dengan mengancam memboikot pemilu, artinya mereka juga paham bahwa pemilu adalah konsekuensi logis atas negara yang mengaku demokratis, b

Titip Doa dan Kontroversinya

Gambar
Tahun baru   2014, timeline twitter saya dibanjiri kontroversi mengenai sedekah doa, yang dilaksanakan oleh saudara Ahmad Gozali yang merupakan bagian dari program sedekah harian, Penulis sebagai seorang muslim, jelas menganggap sedekah adalah perbuatan yang amat mulia, demikian pula halnya dengan berdoa, tapi bagaimana dalam kasus ini. sumber :sedekah harian.com Pada hari yang sama, program ini langsung ditutup, sebuah langkah yang menurut saya amat bijak dan menghindari kontroversi yang lebih jauh. Semoga hal ini tidak terjadi di kemudian hari. Penulis sendiri merasa program sedekah doa adalah bagian dari menjual agama. Agama di Indonesia seakan bukan lagi barang suci, beberapa udztas tiba-tiba muncul menjadi selebriti nyata maupun di dunia maya, dengan segala kontrovesinya, dan celakanya ada yang ujung-ujungnya jualan buku dan lain sebagainya. Hal ini bukanlah sesuatu yang salah, namun menurut penulis sesuatu yang agak kurang bijak, mencederai nilai-nilai agama yan