Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Manusia sebagai Manusia

Waktu kecil seusai maghrib jika bapak pulang lebih cepat dari kantor maka dia akan mengajak kami ke teras dan bercerita tentang hal apa saja, dari dongeng hingga kisah para nabi salah satu yang saya ingat ialah tentang Abunawas. Suatu hari Abunawas datang  memenuhi undangan sebuah perjamuan makan dengan pakai ala kadarnya. Dia dilarang masuk sama penjaga rumah, lalu dia pulang mengganti bajunya barulah dia dizinkan masuk, sesampai di dalam diambilnya semua makanan dan ditumpahkan ke bajunya “makan ini semua duhai baju, undangan ini untukmu bukan untukku”. *** Memandang manusia sebagai manusia, ialah konsep utuh menjadi seorang manusia yang beragama (dalam pandangan saya konsep utuh menjadi muslim). Seorang manusia tidaklah layak kita pertanyakan kemampuannya, hanya karena baju yang dia pilih. Saya percaya diberikannya akal kepada manusia ialah untuk mencari kebenaran, jelas kebenaran itu mesti ditunjang dengan hati nurani, dan hati nurani yang bersih tidak akan pernah mau menilai

Otonomi Pajak :Sebuah Jika Nanti

Otonomi Pajak, harga mati buat penerimaan negara. Benarlah demikian adanya jika kita melihat dari postur APBN kita, namun jika kita melihat sistem yang berjalan maka mari mencerna ulang apa itu yang baik buat negeri kita ini. Saat pertama modernisasi Direktorat Jenderal Pajak, Sri Mulyani sudah mengeluh tentang kurangnya auditor pajak, beberapa isu beredar bahwa menarik beberapa fungsional Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) kedalam tubuh DJP, namun itu hanya sekedar isu yang kemudian menjadi hilang begitu saja. Masa berganti, target penerimaan pajak hanya menjadi target dan sekedar mimpi, ditengah jalan bahkan sering direvisi dan itupun tetap tidak tercapai, lalu masalahnya dimana. Dirjen Pajak Fuad Rahmany mengeluh soal kekurangan pegawai, tentu ini alasan yang bisa pula dibenarkan jika melihat perbandingan jumlah wajib pajak dan petugas pajak di negara-negara maju, dan keluhan Dirjen Pajak ini kayaknya akan menjadi angin lalu karena Menteri Aparatur Negara da

Sebuah Refleksi : Pembenaran atau Kebenaran?

Syahdan, seorang pamong yang sebentar lagi digadang-gadang menduduki tampuk pimpinan tertinggi kena gerebek di sebuah hotel, bersama dua orang wanita yang memang teramat menggoda mata dan barang bukti obat terlarang. Masyarakat heboh dibuatnya, kawan-kawan yang dekat dengan dia meyakinkan semua kenalan mereka bahwa sang pamong hanya berkunjung, dan tanpa sepengetahuannya obat-obat terlarang itu sudah ada di kamar tersebut. Hasil tes urine membuktikan bahwa sang pamong negatif menggunakan obat-obatan tersebut, dia kini duduk di tampuk pimpinan tertinggi di sebuah daerah di negeri ini. Entah berapa banyak dari kita yang masih mengingat kejadian ini, dan entah hanya berapa banyak kita yang menduga-duga bahwa bukti-bukti itu hanya pembenaran, bukanlah sebuah kebenaran. ****** Riuh sebuah group media sosial yang saya ikuti tiba-tiba ramai, seorang guru besar Universitas Hasanuddin kena gerebek dan bersamanya ada seorang dosen , mahasiswi, dan dalam kamar itu ada obat terlaran