Jalan Terjal Perjuangan Kita

Saya kagum dengan apa yang terjadi sekarang , para generasi muda mulai saling diskusi lewat tulisan maupun media-media sosial , ada sebuah posting yang sangat menarik.

“Muhammad Ali Jinnah dikenal dengan julukan Quaid-i-Azam alias pemimpin besar. Di negaranya dia sangat dominan dan menjadi ikon politik yang sangat diingat. Salah satu alasannya adalah kemerdekaan Pakistan dari India yang salah satunya digawangi oleh Jinnah. Meskipun demikian menjelang ajal Jinnah mengenang peristiwa besar itu dengan sesal. Dalam salah satu wawancara dia menumpahkan perasaannya tersebut, Satu keputusan yang membuat aku merasa berdosa seumur hidup adalah aku telah berani-beraninya memerdekakan Pakistan”

Adakah kemerdekaan yang tak berdarah-darah? Pasti ada, namun apapun perjuangan yang kita tempuh , resiko ke depan jelas ada, terlalu banyak rintangan yang mungkin tidak kita perkirakan, itulah sebabnya tulisan Gita Wiryawan tentang “Yang Penting Pisah Dulu, Nanti Gampang” adalah sebuah kritik bagi jalan terjal perjuangan kita.

Tak perlulah jauh-jauh ke India-Pakistan, di Indonesia bangsa ini pun berdarah-darah setelah merdeka, ada ratusan ribu luka yang belum sembuh hingga sekarang, tapi apakah kita menyesal telah merdeka? Kemerdekaan kita di satu sisi juga ternyata mengajar kita melewati rintangan-rintangan sebagai sebuah bangsa yang bebas merdeka.

Gita Wiryawan pun benar pula dalam kritiknya yang dia tuliskan sambil menggambarkan alur cerita Animal Farm bahwa pemimpin-pemimpin kita terkadang berkhianat dari garis perjuangan yang kita impikan. Di sejarah Republik Indonesia sendiri ada Soekarno yang lalu berseberangan dengan Hatta, ada Hatta yang berlainan dengan Tan Malaka, hal ini adalah sebuah masalah yang kemungkinan besar muncul ketika sebuah gerakan memasuki pintu keberhasilan? Masalahnya tidak ada yang bisa menjamin jalan pikiran manusia ke depannya. Solusi Serikat Pekerja/Paguyuban yang kuat yang diisi oleh generasi muda jelas sesuatu yang harus hadir. Lalu adakah yang menjamin Serikat Pekerja/Paguyuban itu kemudian bisa murni memperjuangkan arus bawah? Tidak ada yang bisa menjamin itu, di sini kita bisa diskusi dengan mengajukan Dewan Presidium sebagai sekumpulan pemimpin serikat, namun itupun tidak akan menutup masalah-masalah yang mungkin timbul, karena tidak ada sistem yang sempurna (sekali lagi hidup sistem khalifah #eh), yang bisa dijamin dari perjuangan ini ialah niatan yang baik untuk memperkuat sebuah institusi yang sangat kita cintai.

Lalu sampailah pada akhir paragraf yang nyelekit bagi sebagian orang, sebuah perjuangan tidaklah sama dengan MLM, tidak pernah dan sama sekali tidak ada tawaran keberhasilan di sana sini yang ada hanya sekumpulan ide yang mencoba membawa keluar institusi ini dari tekanan yang luar biasa. Namun diluar itu sekali lagi sebuah kritik dari sesorang yang kita tahu tidak berpihak pada kekuasaan manapun adalah sebuah hal yang mestinya dipeluk sebagai saudara jauh

Ah biarlah tulisan yang naïf ini saya tutup dengan kutipan ayat suci :

“Demi Masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Al-Asr)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus