LEBAH vs BERUANG


Kalau begini, para investor akan menarik dana mereka ke luar negeri”

Keluhan itu diucapkan oleh Direktur Bank Nasional Indonesia, sehubungan dengan rencana Direktorat Jenderal Pajak mengintip deposito pada tiap-tiap bank dan berlindung dibalik hukum kerahasiaan nasabah.Sebelum kita membenarkan anggapan sang direktur mari sejenak berpikir terbuka,bukanlah suatu hal tidak mungkin kecurigaan yang selama ini timbul bahwa beberapa orang kaya mengakali peraturan yang ada dan memecah belah deposito-deposito mereka agar terhindar dari pajak deposito adalah sesuatu yang benar adanya, nahasnya ialah kalau ternyata secara sadar para pemilik dan bahkan mungkin petinggi serta karyawan yang kerja di Bank-bank tersebut sadar dan tahu mengenai hal ini, tapi memilih diam selama tidak melanggar peraturan. Padahal yang mereka lakukan ini adalah mencari celah dan mengakali peraturan sehingga membuat potensi pajak tidak tergali maksimal. 

Inilah Indonesia, di satu sisi ada beberapa kelompok yang berkoar-koar menyerang kebijakan pemerintah yang tidak maksimal dalam penerimaan Negara, namun jika kemudian ada kebijakan yang mengancam usaha dan kekayaan mereka, maka mereka menolaknya dengan alasan privasi. Bukankah kita mestinya sepakat bahwa kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya? Atau itu hanya lips services semata yang terucap di depan kamera dan media sosial. Tahun ini adalah tahun pembuktian apakah pajak akan menunjukkan supremasinya ataukah uang ternyata benar bisa membeli segalanya. Tahun ini adalah tahun pertarungan, bukan tentang cicak vs buaya tapi tentang Lebah vs Beruang.

Lebah adalah penggambaran Direktorat Jenderal Pajak, bekerja bersama mengumpulkan sari bunga dan menghasilkan madu yang berguna buat begitu banyak hal, namun musuh terbesar dari para lebah ini adalah Beruang yang bisa menghancurkan sarang-sarang mereka dan mengambil madu begitu saja.  Pertanyaannya siapa musuh terbesar para pegawai pajak (fiskus) dalam mengumpulkan pajak? Secara sadar dan kasat mata musuh terbesar Direktorat Jenderal Pajak adalah orang-orang ber-uang yang melaporkan (bahkan mungkin malah tidak melaporkan) pajak mereka seminimal mungkin tapi memperoleh fasilitas semaksimal mungkin. Fasilitas ini bisa dalam bentuk fisik maupun juga dalam bentuk kelonggaran peraturan. Sudah saatnya Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan sengatannya, yakinlah ketika kita bersama beruang sebesar apapun akan lari ketakutan.

Apa yang dibutuhkan para pegawai Direktorat Jenderal Pajak untuk bangkit bersama? Menurut saya banyak hal, keadilan pada tiap pegawai , persaingan yang sehat antar pegawai, dan yang tak kalah penting adalah dukungan penuh antar pegawai. Dari level pimpinan hingga bagian terbawah haruslah saling mendukung, jangan lagi kita membiarkan seorang pelaksana maju menegakkan peraturan . tapi ketika menghadapi orang-orang ber-uang banyak dan memiliki kekuatan, para atasan tiba-tiba membungkuk dan membuat pelaksana balik badan dengan penuh kecewa. Hal-hal semcam ini tidaklah dapat dibiarkan terjadi jika memang para lebah ingin bangkit bersama.

Hal yang lain yang dibutuhkan adalah dukungan dari masyarakat luas, bangsa ini bukan hanya membutuhkan KPK , tapi membutuhkan tiap-tiap orang jujur yang bekerja dengan integritasnya demi bangsa, oleh karena itu  maka tiap elemen bangsa ini mesti berdiri melindungi dan juga mengawasi para pegawai pajak. Masyarakat memiliki akses penuh untuk melaporkan jika mengetahui informasi tentang Orang Pribadi atau Badan Usaha yang ternyata dicurigai mengakali secara culas pajaknya,dan bahkan juga berhak melaporkan langsung pegawai pajak yang turut serta menggembosi potensi atau hanya sekedar melanggar kode etik. Untuk pelaporan tentang Orang Pribadi dan Badan Usaha yang dicurigai mengakali pajaknya, silahkan langsung ke kantor pajak terdekat, sedangkan untuk melaporkan para pegawai pajak yang dicurigai melanggar integritas dan kode etik silahkan melalui pengaduan@pajak.go.id atau telepon ke 1500200.

Sekarang anda berdiri demi Negara atau bersama mereka yang ber-uang?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus