INI PESTA (DEMOKRASI)

Dalam sebuah pesta kadang ada yang rese, yang mabuk, yang bernyanyi terlalu keras, yang bergoyang dan nyenggol orang, atau yang sibuk pacaran di pojokan. Ini pesta di mana tiap orang di atas tujuh belas tahun diundang, namun seringkali mereka lupa kalau dalam pesta ,suara dan musik bukan hanya milik mereka.

Pemilihan presiden bagi saya adalah sebuah pesta, entah bagi anda? Mungkin anda menganggap ini perang seperti pandangan serdadu tua yang dulu sempat saya agungkan dan pilih saat pemilihan presiden pertama kali secara langsung diselenggarakan, ah sungguh saya kecewa dibuatnya. Politik seperti racun yang menggerogoti idealismenya tak ada suara tegasnya menantang para pemimpin yang hanya sibuk memandang rakyat dari menara gading, dia menjadi pengguna segala cara asalkan kuasa memuaskan asa. Ini hanya pandangan saya tentang serdadu tua itu dan mungkin saya salah.

Orang-orang yang sepaham dengan serdadu tua itu menjadikan konsep pesta demokrasi berubah pertarungan antar kedua kubu, saling hina dan sebar fitnah dilakukan secara masif, ada yang terbitkan blog, web dan majalah abal-abal untuk menyerang pihak lawan, ada yang meragukan apakah si A masih punya titit, ada pula yang menghina fisik yang kerempeng, lalu menuding dia boneka, padahal jelas dia bernyawa,menurut political wave ada 94 % serangan black campaign terhadap Jokowi-JK (sisanya 7% berupa negative campaign) dan ada 13 % serangan black campaign terhadap Prabowo-Hatta, tapi ah sudahlah mari kita bawa pemilihan presiden ini sebagaimana mana harusnya yakni dalam bayangan ini dalam suasana pesta.

Mari kita bayangkan kita ada dalam sebuah pesta, musik yang keras , orang-orang yang saling bicara dengan suara meninggi seperti emosi tapi sebenarnya mereka berkawan dan lagi pamer “kegagahan” mereka ke gadis cantik di seberang mejanya, nah ini adalah tipe politikus kita. Jika kita melihat dari kejauhan maka kita seakan melihat mereka seperti orang yang bertengkar, padahal mereka akan pulang semobil dan saling mentraktir minuman.

Ada juga yang asal ikut saja, temannya minum apa, itu juga yang akan dia minum, terkadang dia mabuk karena “dikompori” temannya, nah ini adalah mereka yang ke pesta karena ikut teman, mereka adalah simpatisan partai, masa bodoh apa jenis musiknya asal teman yg ngajak goyang mereka bakal ikut.

Ada tipe yang sebenarnya malas ikut pesta, tapi dalam pesta tersebut ada tawaran minuman gratis, serta ada undangan dari temannya teman yang menjanjikan di dalam pesta akan banyak wanita-wanita cantik, nah ini tipe buzzer politik, sebenarnya mereka tidak tahu ini pesta soal apa, tapi selama ada minuman gratis dia akan ikut, jelas tipe orang kayak begini tidak akan terang-terangan mengaku dalam pesta, karena kalau dia mengaku maka jatuhlah harga dirinya di pasaran.

Ada tipe yang asyik sendiri di pojokan bercumbu dengan kekasihnya, bermasa bodoh dengan manusia yang lain, bagi mereka yang penting ikut fun di pesta ini. Ini tipe golput, walau ada yang akan nyinyirin mereka dengan kalimat “oii kalau mau asyik sendiri, pesan kamar sana!” saya takkan salahkan mereka, sekali lagi ini pesta semua orang dewasa silahkan bergabung.

Ada pula tipe yang tahu diri, kapan bergaul dan bersuara tinggi karena dentum musik, atau kapan mesti duduk di pojokan  sambil berbicara santai, dan menikmati kawula yang lagi asyik di lantai dansa. Sesekali turun bergoyang, menggoda beberapa orang yang tampak masih sendiri. Bagi saya mereka ini adalah penikmat pesta yang dewasa, mereka yang dalam pesta demokrasi ini memilih karena paham.


Dan jika pesta usai, kerjaan menanti. Jelas kita berharap atasan di kantor adalah orang yang bisa membawa ketenangan hati seusai pesta memberi contoh kala bekerja, bukan menawarkan ketakutan atau tirani. Dalam pesta ini saya memilih Jokowi, anda boleh berbeda tapi janganlah menebar benci , selamat berpesta!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus