Karebosi, Titik Nol Gerakan Peduli Pajak se-Sulselbartra

Sebagai seorang muslim, maka bangun shalat subuh adalah hal yang biasa, namun sebagai seorang muslim dengan iman yang pas-pasan seperti saya, tidak tidur setelah shalat subuh adalah hal yang sangat luar biasa, dan itulah yang terjadi di minggu subuh, saat saya harus bergegas menuju lapangan karebosi, tempat yang sempat menjadi titik nol kota Makassar.

Jarak rumah saya dan karebosi, lumayan agak jauh membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam sampai ke lokasi itu, bulan masih mengusai langit ketika saya meninggalkan rumah, dan aroma tanah basah selepas hujan masih terasa.


1390835737912775617
Kondisi langit saat saya meninggalkan rumah

Sesampai di lapangan Karebosi, suasana mulai agak ramai, tampak jelas Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara (Kanwil DJP Sulselbartra), Wijayanti Kemala yang dalam acara ini menjabat sebagai salah satu ketua panitia, lagi mengadakan pengarahan singkat dan membagi panitia-panitia yang bertugas menjadi empat titik. Rute hari itu (Minggu,26 Januari 2104) adalah Lapangan Karebosi-Jl.Ahmad Yani-Jl.Kajaolalido-Jl.Usman Jaffar- kembali ke lapangan Karebosi. Di sisi lain tampak Hseng Lasarus Kamuntuan (Kepala Seksi Bimbingan Pelayanan,Kanwil DJP Sulselbartra) yang saat itu bertugas sebagai bagian dari seksi publikasi dan media komunikasi tampak mencoba menghubungi Rano Putra, salah seorang pegawai yang berada pada seksi yang sama untuk memastikan kesiapan peliputan media. Beberapa pegawai lain yang saya kenal seperti Sufirman sibuk mengatur kardus-kardus konsumsi peserta. Budianto Napoh tampak hilir mudik mengecek kesiapan beberapa panitia, dan Muhammad Afif Yusuf sibuk di belakang panggung besar menyiapkan begitu banyak piagam dan souvenir lainnya. Kesibukan di sana-sini dan saya ada di tengah dunia yang asing.


1390836404551835863
Ketua Panitia,Wijayanti Kemala, Lagi memberikan pengarahan
1390836502655220199
Ka.Kanwil DJP Sulselbartra,Arfan lagi melakukan peninjauan kesiapan acara

Sepuluh tahun kerja pada Direktorat Jenderal Pajak dan selama itu pula tugas di daerah jelas membuat saya menjadi asing dengan segala hal kepanitiaan ini, saya memilih diam di sudut memegang kamera saku, dan sebuah buku kecil buat mencatat beberapa hal yang penting. Saya pada akhirnya merelakan baju panitia saya buat seorang teman yang mau ikut asal ada bajunya. Saya tak ingin nampak seperti orang yang bingung di tengah teman-teman yang hilir mudik dengan semua tanggung jawab mereka hari itu.
Saya bersyukur di sana bertemu dengan Andi, seorang kawan yang saya kenal waktu bertugas Majene, yang jadi supir Kepala Kantor KPP Pratama Majene, jadi saya bisa menghabiskan waktu dengan ngobrol dengannya, setidaknya bisa sedikit menghapus wajah kebingungan saya.
 
Menjelang pukul setengah tujuh, Gubernur Sulawesi Selatan,Syahrul Yasin Limpo hadir dengan menggunakan jaket kuningnya, saya bersyukur lambang di bagian dada sebelah kirinya bukan beringin. Pukul setengah tujuh peserta gerak jalan santai di lepas oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo bersama Kepala Kanwil DJP Sulselbartra, Arfan. Saya mengambil gambar melalui kamera saku di garis start , di sana bertemu beberapa kenalan yang mengajak jalan, pada akhirnya saya berjalan beriringan bersama Iswahyuddin dan Ilham, lalu terjadilah yang ditakutkan hujan deras mengguyur Makassar.


1390836880834499619
Start :Gerak jalan santai peduli pajak
Peserta jelas berhamburan, saya, ilham dan Iswahyuddin  memilih kembali ke Lapangan Karebosi dan berteduh di panggung utama. Panitia cukup sigap mengatasi hal ini, beberapa mobil langsung segera meluncur menjemput para petinggi yang masih berada di sekitaran jalan Ahmad Yani. Cuaca yang tidak bersahabat tidak terlalu membuat acara ini tampak berantakan. Dua orang MC di panggung utama M.Heru Nugroho (pegawai pajak yang menikah dengan teman seangkatan saya Nurrahmah) dan Grace Florencia (Duta Pajak Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2013), menurutku tampil apik menutupi situasi. Hujan mulai mereda jam 07.30 menit ketika beberapa beserta kembali ke Lapangan Karebosi memasukkan kupon door prize buat diundi nantinya.

Panggung utama Lapangan Karebosi menjadi pusat kegiatan acara seremonial, dari pembacaan doa, sambutan, testimoni hingga penandatanganan komitmen masyarakat peduli pajak. Saya sendiri meminta tolong ke Ilham dan Iswahyuddin buat menemani keliling ke beberapa booth, berharap ada seorang warga yang bisa saya wawancara, tapi yang nampak  masih sebagian besar pegawai-pegawai Direktorat Jenderal Pajak, sempat ingin mewawancari pegawai bank Hasamitra yang juga memiliki booth di sana, namun saya batalkan karena melihat kesibukan mereka menerangkan soal kredit kepada beberapa pegawai pajak.

Berjalan kembali ke panggung utama, saya melihat seorang teman waktu SMU (itu sekitar 12 tahun yang lalu,iya saya angkatan tua), mulanya sekedar basa-basi menyapanya, saya agak ragu dia masih ingat saya atau tidak. “Isti” sapaku, nama lengkapnya Istiawan Lauseng, waktu SMU jika sifat jahil datang aku sering memanggilnya “marga lau”. “hai” ucapnya yang tetap tak menyebut namaku, (lha ini orang masih ingat namaku tidak?). Lalu dia berucap “saya sering baca tulisanmu jangan terlalu pesimislah” dan saya bisa sedikit menarik nafas lega dan berpikir setidaknya dia masih kenal saya selintas lewat. Saya lalu memulai pertanyaan soal ini acara, dia menjawab yang hadir ini hanya pegawai pajak dan keluarga pegawai pajak, pada titik ini saya baru ingat kalau melalui facebook saya pernah tahu istrinya juga seorang pegawai pajak. Kepalang tanggung saya lanjutkan saja wawancaraku soal dampak positif ini acara baginya. Dia bilang dengan nada serius, "tanpa melihat sisi subjektifitas semata karena  punya istri yang pegawai Direktorat Jenderal Pajak, saya merasa tujuan acara ini sebenarnya baik, selain mengajak buat berolahraga, setidaknya kegiatan ini berusaha menunjukkan kalau pegawai pajak itu bukanlah momok yang menakutkan". Dalam hati terdalam saya mesti mengiyakan ini.

Kegiatan seperti ini adalah wadah buat membuang kesan exclusive terhadap pegawai pajak, menjadikan pegawai pajak sebagai sosok-sosok dengan pikiran selalu melangit  dan dengan hati yang terus membumi (kurang lebih begitu, kutipan dari Pidi Baiq). Saya pribadi tidak mau Pajak menjadi momok menjengkelkan sekaligus menakutkan,seperti *maaf* kepolisian dan beberapa lembaga pemerintah lainnya.

Acara lalu berlanjut ke acara hiburan,  lagu dangdut dengan penyanyi berpenampilan “wah” mulai bergoyang. Istiawan berujar “wah KH. Sanusi Baco pasti langsung pulang nih”. Saya lalu teringat KH Sanusi Baco yang memimpin doa pada awal acara, saya lagi-lagi berpikir teman saya ini benar, sudah doa kok buat acara kayak begini, “yah mau diapa lagi bro, ini hiburan rakyat”ujarku. Saat goyang caesar mulai menghentak, bayangan saya soal acara Yuk Keep Smile (YKS) dan kawan-kawannya mulai bermain di kepala, saya memutuskan pulang naik pete-pete (angkot) melewati jalur yang sama saat waktu sekolah, tanpa terasa waktu kian memakan usia.

Di luar semua itu hari ini Lapangan Karebosi resmi menjadi “titik nol” gerakan masyarakat peduli pajak untuk wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, saya ingin mengangkat topi buat para panitia di belakang layar yang menyelesaikan acara ini dengan semua kendala yang ada di lapangan, kalian benar-benar telah bekerja keras, secara pribadi saya tidak merasa sanggup jika berada pada posisi kalian. Kalian hebat.


13908369986913601
Karebosi,Titik nol gerakan peduli pajak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus