Kisah Para “Ronin Pajak” (Sebuah Catatan Awal Tahun)



Banyak blogger yang menuliskan catatan-catatan akhir tahunnya, saya menikmati membaca tulisan-tulisan tersebut, banyak tulisan yang penuh semangat walaupun juga ada yang menulis dengan rasa kecewa.

Sebenarnya tahun lalu tak ada capaian yang terlalu istimewa bagi saya, tapi Allah memberikan sebuah anugerah istimewa  dengan bertambahnya seorang putra, pada keluarga kecil kami di bulan April 2013, selebihnya berjalan biasa saja.

Pada awal-awal tahun saya sempat mengalami kebuntuan berpikir, rasa frustrasi berada di sistem yang begitu-begitu saja, tapi syukurlah bulan Mei hal itu berlalu. Hal ini dimulai saat mengikuti diklat tenaga penyuluh, diklat itu memberikan begitu banyak hal,salah satunya  ialah membuat keinginan buat menulis tumbuh lagi. Sebenarnya menulis adalah jalan saya menghabiskan waktu ketika kerjaan mulai membosankan dan keluarga jauh dari dekapan, bersyukurlah kalian yang pulang kerja dan langsung bisa menemukan kehangatan rumah.

Menjelang akhir tahun, saya menyempatkan diri menonton sebuah film “47 Ronin”, film yang lumayan bagus, saya membayangkan film itu diputar dalam sebuah rapat kordinasi, yang dipimpin petinggi kita, lalu beliau berujar “kita adalah para samurai!”.

Ronin, adalah para samurai yang sudah kehilangan tuannya. Dalam kisah “47 Ronin” ini, para samurai kehilangan tuannya karena dijebak oleh tipuan sihir, sehingga sang tuan mesti melakukan seppu (sebuah tindakan harakiri, membunuh diri sendiri demi kehormatan).

Bagi anda yang menghabiskan malam tahun baru diluar, bila anda sedikit teliti selain para penjual terompet,penjual makanan serta para petugas yang sibuk mengatur jalan dan pusat keramaian, maka anda akan menemukan kesibukan tersendiri di beberapa bank dan kantor pajak. Para pegawai kantor pajak yang di pundaknya ada target penerimaan negara, berjuang sampai jam 00.00. Beberapa kantor, termasuk kantor saya sudah sejak jauh hari sadar, pencapaian target penerimaan adalah hal yang memerlukan keajaiban, tapi mereka tetap mesti bekerja memaksimalkan hasil akhir.

Dalam kisah para ronin ini mereka menuntut balas atas kematian tuannya, mereka sadar menang atau kalah nyawa mereka akan hilang, namun bagi mereka mengembalikan kehormatan adalah hal yang penting. Demikian pula halnya dengan barisan pasukan penerimaan negara ini, mereka sadar tercapai atau tidak tercapainya target penerimaan bagi mereka takkan mengubah nasib, tahun depan mereka akan tetap diberi target lebih tinggi dan balasan dari para petinggi yang memandang mereka tak lebih sebagai deretan angka-angka, suatu hal yang takkan jauh berbeda, tapi mereka tetap melakukan yang mereka bisa, memastikan pajak negara masuk sebanyak mungkin ke kas negara, dan layaknya para samurai mereka melakukan ini demi sebuah kehormatan sebagai pegawai.

Saya berharap para petinggi itu telah menonton film 47 Ronin, sehingga mereka sadar bagaimana setianya para “samurai” mereka, semoga mereka sadar hal termewah yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kesetiaan para bawahannya.

Semoga Allah memberkati mereka yang bekerja di malam tahun baru. Amin

Salam
@priyantarno

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus