Merasakan Kosong

Bulan Januari kemarin, adalah awal tahun yang berat bagi kami sekeluarga, Bapak Mertuaku berpulang ke hadirat ALLAH dengan sebuah senyuman, setelah dirawat 11 hari di R.S Bhayangkara, anakku yg lagi lucu2nya zahran tangannya terkena air panas dan dirawat juga di R.S yg sama, jadi dalam kurun waktu yg sama, kami mesti menjaga dua orang di R.S

21 januari jam 01.21 sehari setelah ulang tahunku, Bapak Mertuaku meninggal, dan itu pertama kalinya saya melihat detik saat orang meninggal. Kosong yang kurasa saat itu, Istriku menangis dipelukku, sedang adik iparku meraung2 sambil bertakbir. Bapak mertuaku tidak punya anak lelaki, jadi otomatis aku adalah anak lelaki satu2nya buat dia.

Hujan langsung turun begitu Bapak mertuaku meninggal, hari itu hujan dari dini hari dan sepanjang prosesi penguburan, aku merasa kosong, Aku ikut memandikan Bapak Mertuaku setelah debat panjang antara Keluarga Bapak Mertua yg dari gorontalo dan Keluarga yg dari Makassar, sy tidak ikut berdebat soal prosesi itu, saya kosong tidakm ada yg terpikir saat itu, ilmu fiqh yg saya pelajari menguap hanya mendengar celoteh mereka soal tata cara. Saya hanya memandikan Bapak Mertuaku, itu moment pertama saya memandikan Mayat, dan saya waktu itu masih kosong.

Saat mengantar ke mesjid buat shalat dhuhur sekalian shalat jenazah saya masih kosong, seperti melangkah saja tubuh ini, saat ke pekuburan saya berjalan di depan seperti kosong, hanya berjalan di bawah deras hujan, terus berucap Laa Ilaha Illallah, sy hanya berucap itu.

Saat selesai Bapak mertua di kubur, saya berjalan sama Bapak ku, saya sadar moment ini ALLAH mengajarkan saya bersiap tentang kehilangan2 yg pasti akan saya lalui, saya berusaha membahagiakan kedua orang tuaku, ibu mertuaku sebisaku,orang2 disekitarku kalau bukan aku yang meninggalkan mereka, mereka yg akan meninggalkan aku. tiba2 saya membaca twit tentang Pramoedya Ananta Toer, Kenapa kita tak lahir secara bersama2 kemudian mati secara bersama2 agar dunia ini ramai seperti pasar malam??. ah aku berharap bisa seperti itu.

Musibah belum berakhir disitu, tagihan R.S datang jumlahnya bikin kaget, Asuransi hanya menanggung sedikit sekali, kaget mendengarnya, dan setelah menyuruh Istri menghitung uang alm Bapak Mertua ku, saya memutuskan uang tabungan saya bersama istri untuk menambah sisanya, terpaksa mengurungkan niat membeli mobil, saya lalu memutuskan memperbaiki mobil tua bapak, lalu memakainya untuk sementara sambil ngumpul uang lagi, rencana buat punya mobil di hari ultah istri terpaksa batal, tapi tak apalah,itu jalan ALLAH, dan semoga Bapak mertuaku tenang disana.

Semoga kami dikumpulkan ditelaga al-kautsar, di surgaMU yang Abadi yaa ALLAH..amien

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

Puisi : Zeus di Bukit Olympus

sajak Ibu made in Aan Mansyur