Saya (belum) Syiah

Pagi-pagi dapat email dari group milis, sebuah tulisan yang benar2 menampar saya, sebenarnya tulisan inu lebih dulu saya baca di www.daengrusle.net , namun pagi ini membacanya lagi dan tetap merasa tertampar. Berikut Kutipannya :


Imam Muhammad al-Baqir as bersabda, Demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-Nya, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”.
Alkisah pada zaman Dinasti Abbasiyah, ada seorang yang bernama Ammar Az-Zibni hendak memberikan kesaksian di pengadilan. Ia dikenal luas oleh orang-orang sebagai pengikut Syiah. Ketika ia hendak memberikan kesaksiannya dan menghadap untuk meminta izin bersaksi kepada qadhi Ibnu Abi Layla yang merupakan qadhi dari mazhab Abu Hanifah, maka sang qadhi tanpa pikir panjang langsung menolak kesaksian Ammar Az-Zibni.
Dengan penuh rasa penasaran Ammar bertanya kepada Ibnu Abi Layla apa alasan kesaksian dirinya tidak diterima. Ibnu Abi Layla lantas menjawab “karena kamu adalah Rofidhoh, kamu adalah Syiah”. Ammar tertegun, seketika ia menangis tersedu-sedu ditengah kerumunan orang banyak. Sang qadhipun keheranan akan tingkah laku Ammar. Lalu Ibnu Abi Layla bertanya kenapa Ammar menangis. Orang-orang disekitarnya mengatakan bahwa Ammar menangis karena kecewa kesaksiannya ditolak. Namun Ammar yang sedang menangis tersebut, angkat berbicara. Ia berkata kepada qadhi Ibnu Abi Layla, “Aku menagis, kerena engkau telah menisbahkan aku kepada suatu kelompok yang mulia, yang aku tidak termasuk didalamnya.”
Kisah diatas cukup aneh. Bagaimana tidak, Ammar yang dikenal luas oleh orang-orang sebagai pengikut Syiah ternyata ia sendiri merasa bahwa ia bukanlah Syiah. Bahkan Ammar menangis karena ia dinggap Syiah. Bukan karena Syiahnya ia menangis, tapi karena ia merasa bahwa Syiah itu adalah kelompok mulia yang Ammar sendiri menurutnya tidak termasuk didalamnnya. Ammar merasa tidak termasuk kepada kelompok mulia tersebut.
Sejenak kita berfikir. Bagaimana bisa Syiah yang menurut anggapan orang banyak disebut-sebut sebagai kafir, tukang tipu, bodoh, percaya takhayul, rofidhoh, dan semua kejelekan yang paling jelek dinisbatkan kepada kelompok ini, oleh Ammar az-Zibni dianggap sebagai kelompok mulia? Lantas kalau begitu makhluk seperti apa Syiah itu? Syiah seperti apa sebenarnya yang dimaksudkan oleh Ammar sebagai kelompok mulia itu. Bukankah ia sendiri dikenal orang sebagai Syiah? Kenapa juga ia tidak merasa sebagai Syiah? Lantas kelompok mulia ataukah kelompok yang hina Syiah itu? Bagaimana juga dengan saya yang mengaku sebagai Syiah, apakah saya termasuk Syiah?
Suatu hari Imam Ali ibn Abi Thalib as. melihat sekelompok lelaki di pintu rumahnya. Lalu beliau bertanya kepada Qanbar pembantu beliau tentang siapa mereka itu, dan ia menjawab bahwa mereka adalah Syiah beliau as. Ketika mendengar ini, dahi Imam Ali as. berkerut seraya berkata: “Mengapa mereka dikatakan syi’ah ?”. Kemudian Qanbar bertanya : “Apakah tanda-tanda syiah itu?”. Imam Ali as. menjawab : “Perut mereka tipis karena lapar, lidah mereka kering karena haus, dan mata mereka suram karena menangis”. (Syarh Nahjul Balaghoh)
Pada saat yang lain Imam Ali as. Mengatakan tentang ciri-ciri Syiah beliau, ia menyatakan bahwa tanda-tanda syi’ah beliau as. adalah : “Wajah mereka pucat karena jaga di malam hari. Mata mereka suram, karena menangis. Punggung mereka membungkuk, karena sholat. Perut mereka tipis, karena berpuasa. Bibir mereka kering, karena berdoa. Dan pada mereka terdapat debu takwa karena Allah”.
Sampai disini saya mengkerutkan dahi, betapa hebat dan mulianya Syiah itu kalau ciri-cirinya seperti itu. “Wajah mereka pucat karena jaga di malam hari. Mata mereka suram, karena menangis. Punggung mereka membungkuk, karena sholat. Perut mereka tipis, karena berpuasa. Bibir mereka kering, karena berdoa. Dan pada mereka terdapat debu takwa karena Allah”. Inikah yang Ammar maksudkan dengan Syiah Ali as. Itu? Terlalu berat kalau begitu. Saya sendiri menjadi malu menulis artikel ini, saya mengaku Syiah tapi ternyata saya hanyalah Syiah bohong-bohongan saja.
Jauh nian wajah saya pucat karena terjaga dimalam hari (bahkan kalau terjagapun bukan karena ibadah, tapi karena menonton televisi…), masih sulit mata saya untuk menangis, menyesali dosa-dosa saya, Sholat saya masih sekedar menggugurkan kewajiban, bagaimana mungkin saya bungkuk karena banyak sholat?, jangankan rajin puasa, sehari-hari saya menghabiskan uang untuk memakan makanan yang enak-enak, bagaimana bisa perut saya tipis karena puasa?, doa saya hanya dilantunkan pada saat-saat kesusahan, itupun sebenarnya bukan doa tapi lebih menyerupai perintah kepada Allah, debu takwa? Ah masih jauh saya dari takwa. Lantas pantaskah saya atau anda yang mengaku sebagai pengikut Ahlulbayt tapi tidak memiliki citi-ciri ini memproklamasikan diri sebagai Syiah? Silahkan kita jawab dalam hati masing-masing.
Sebagai penutup saya akan menyampaikan sebuah kisah yang terjadi pada zaman Imam Ja’far Shaodiq, Imam ke-6 dalam keyakinan Syiah. Suatu hari seorang pengikut (Syiah) Imam Ja’far Shadiq as. Berkata kepada Imam: “wahai Imam, saya ini telah mengikuti engkau berpuluh-puluh tahun. Lantas apakah sekarang saya Syiah?” Imam pun menjawab: “kalau seandainya di daerah kamu terdapat 10.000 orang, dan diantara orang-orang tersebut ada yang lebih sholeh dari kamu, maka kamu belum Syiah!”.
Jawaban Imam Ja’far as. ini semakin mencambuk saya. Di forum inipun saya yakin masih banyak yang lebih sholeh dari saya. Dan sekarang saya tidak ingin kePeDe-an mengaku-ngaku sebagai Syiah. Sekarang saya sadar, bahwa ternyata saya belum Syiah!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus