Selamat Hari Raya Ghadir Khum



Status FB ku tiba2 di serang dengan kata2 kafir karena ucapan Selamat Hari Raya Ghadir Khum, berikut ini adalah argumen ku dan rasa kasihanku terhadap mudahnya kata kafir keluar dari mulut kita.

Tulisan ini saya kutip dari Buku Quraish Shihab Sunnah-Syiah bergandengan tangan, uraian ini disampaikan oleh Syaikh Said Ramadhan al-Buthi ulama besar suriah yang beraliran sunni.



"kita semua mengetahui bahwa sesuatu yang paling menonjol, paling penting, sekaligus paling jelas menyangkut buah cinta adalah keteladanan kepada siapa yang dicintai 'sesungguhnya yang mencintai patuh kepada yang di cintainya'.



Saya selalu melihat hakikat yang pasti ini, sya menuntut diri saya dan menuntut setiap muslim untuk melakukannya, apapun mahzab atau ragam keterikatannya. Saya tidak menemukan seorang Muslim yang bersikap jujur kepada ALLAH kecuali dia meneladani Ahl Al-Bait (Keluarga Rasul S.A.W) dalam tingkah laku dan perasaanya. Demi ALLAH dan tiada TUHAN selain DIA, seandainya Ali Karrama Allah Wajhahu mengambil suatu sikap yang mandiri (jelas berbeda) pada hari saqifah atau mengambil yang sikap demikian itu pada waktu penunjukan Abu Bakar Kepada Umar untuk menjadi Khalifah, atau pada hari Syura yang atas dasarnya Utsman di baiat, seandainya yang demikian itu terjadi , maka pastilah kita meninggalkan semua cara dan jalan, dan kita akan mengikuti jalan yang ditempuh oleh Ali.kw. TEtapi telah mengamati dan menemukan bahwa Imam yang mulia itu berbaur dengan pikiran dan tingkah laku beliau bersama kalimat yang menghimpun umat, bersama jalan yang ditempuh oleh masyarakat umum, karena itu mestilah cinta mengantar kita untuk meneladani beliau dan menempuh jalan yang beliau telusuri.



Saya tidak mengarah dalam analisis saya terhadap sikap tersebut lebih dari ucapan ini.Cukuplah bagi saya bahwa saya menemukan Ali.r.a telah berjalan pada jalur itu dan saya mengikutinya. Saya adalah seorang muslim, Tidak perlu saya melakukan analisis atau bertanya-tanya, saya tidak punya kepentingan untuk melemahkan hadist al-Ghadir tidak juga menakwilkannya atau menjauh dari lafadznya. Saya tidak membutuhkan semua itu, karena saya menjadikan Sayyidina Ali panutan saya dalam menafsirkah hadist tsb. Bahkan dalam menafsirkansemua persoalan.Bukti dari apa yang saya katakan ini, bukti dari keteladanan yang saya rasakan keharusannya itu, yang saya rasakan bahwa iman saya berkurang-bahkan boleh jadi goncang dan teromabng-ambing- bilanketeladanan kepada Ahl AL-Bait Rasulullah tidak terpenuhi. Buktinya adalah ketika Ali,R.A mengambil sikap tegas sesudah terbunuhnya Ustman dan menulis sekian banyak surat dan menyatakan bahwa muawiyah melenceng, semua kaum Muslim mengarah kepada dimana IMam ALi mengarah. Anda semua mengetahui bahwa mayoritas kaum muslim menetapkan bahwa ALi adalah pemilih hak dan pemerintahan yang sah.



Jika demikian di mana letak perbedaan Syiah dan Sunni, hemat saya perbedaan itu terletak pada apa yangterjadi pada kaum muslim setelah peristiwa itu. Perbedaan itu teletak pada rantai kekhalifaan yang menurut pendapat saudara-saudara kita dari Syi'ah seharusnya terbatas pada keturunan ALi r.a sampai pada imam ke-12 yang kini masih bersembunyi dan kelak akan menampakkan diri. Itulah Wilayah perbedaan dan batas2 persoalan ini. HEmat saya ini adalah persoalan ijtihad .Mayoritas kaum Muslim bahwa hadist al-Ghadir hanya melekat pada beliau tidak selain beliau dan kaum muslim dipersilahkan bersepakat untuk memilih yang dikehendaki.Adapun Syiah memahami Hadist ini menunjuk pada keimamhan Ali dan berlanjut sampai gaibnya imam ke-12.



Masa kini betapapun pentingnya perbedaan itu,persoalan itu telah berlalu, dan menjadi sejarah masa lampau. Masa kini dimana kita berada pada priode gaibnya IMAM ke-12 yang dinantikan oleh saudara-saudara kita dari kelompok syiah saya menyatakan dengan sesungguhnya atas nama saya dan nama setiap muslim JIka tiba masa kehadiran imam ke-12 , ketika beliau benar2 datang tidak ada keraguan menyangkut kehadirannya, tidak ada kabut atau kerancuan menyangkut kepribadiannya, jika tiba masa itu maka saudara-saudara semua akan mendapatkan kaum muslim menganut satu mazhab saja semua akan mempersembahkan kesetiaan pada imam tersebut dan mengikat janji patuh padanya.



Dalam tulisan yang bijaksana ini seorang Ulama Sunni mengakui adanya perbedaan tapi tetap menyebut yang berbeda itu sebagai seorang saudara bukan kafir dan menyalahkan. catatan tambahan di Universitas Al-Azhar diajarkan mahzab-mahzab Sunni yang populer Maliki,Syafi'i,Hanafi dan Hanbali dan juga mazhab syiah imamiyah,Syiah Zaidiyah , Mahzab Adz-Dzahiry dan Al Abadiyah. Bisakah Universitas yang terkemuka mengajarakan kesesatan.



Wa'lahu a'lam setidaknya saya hanya manusia dan bukan tugas saya mengkafirkan tugas saya hanya menyembah ALLAH. Afwan jika ada kata tak berkenan jangan merusak persaudaraan kita hanya karena perbedaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus