Langkah Pertama adalah Bertindak Jujur

Umur saya 27 tahun, masa ABG saya berada di masa transisi Pemerintahan Soeharto dan Pemerintahan yang katanya reformis, itu mungkin salah satu faktor yang membuat saya agak kritis terhadap kepemimpinan negeri ini. Umur 27 bukanlah umur yang tua tapi bukan pula umur yang muda, tapi saya adalah bagian dari ini “manusia-manusia indonesia yang anti korupsi”.

Saya kerja di instansi yang di kenal karena ‘”gayus” nya, tapi syukur saya bukan golongan dia sebelum atau sesudah reformasi perpajakan saya tidak pernah ada di golongan itu, saya bersyukur karena memiliki karakter ini
Ayah saya adalah seorang pegawai negeri yang masuk instansi “basah” di zaman Orde Soeharto yakni BPKP, tapi alhamduliillah ayah saya mencontohkan nilai2 anti korupsi kepada saya sejak kecil, Ayah saya hanya punya sebuah rumah di kompleks kelas menengah (BTN istilah didaerah ku), punya dua mobil sebuah mobil Toyota crown tahun1974 (dibeli tahun 1994, sekarang mobil tersebut siap2 pensiun) dan mobil Suzuki alminity tahun 1994 (dibeli tahun 2008) , Ayah saya tidak punya mobil mewah tapi selalu bangga dengan itu, karena dia tidak korupsi, itu yang selalu dia bilang kepadaku.

Aku sendiri begitu SMP disekolahkan di Pesantren (pakai test) terus masuk SMU Islam Swasta (pake test) , padahal jujur aku kepengen masuk SMU Negeri tapi ayah bilang kalau masuk SMU negeri mesti nyogok, mending nda usah!!. Kuliah aku sempat kuliah hukum, sebelum lulus di STAN almamater yg sama dengan Ayahku dulu, pas penempatan saat teman2 lain grasak-grusuk urus supaya penempatan di kota, Bapakku justru membiarkan aku, padahal direktur STAN saat itu adalah temannya, yang bisa saja mengurus penempatanku, tapi bapak lagi-lagi bilang semua yang dimulai dengan kecurangan tidak akan ada manfaatnya. Saat aku penempatan dan jauh dari mereka, Ayah yang mengantar ku, aku tahu dia menangis tapi dia tidak menyesal baginya dia mengajariku kejujuran.

Dengan Kejujuran, ayah mengajariku tentang pembuktian terbalik, semua yang dia peroleh mesti adalah nafkah yang halal, jika keluarga kami mendapat rezeki berlebih dalam bentuk materi maka Ayah “siap” menerangkan dan mempertanggungjawabkannya di hadapan anak2nya. Baginya tidak akan terbentuk sikap yang jujur dan anti korupsi jika kita memberi nafkah dengan cara “haram”.
Mulai lah semuanya dengan yang baik maka hasilnya juga baik, generasi muda yang ada sekarang mesti berjuang buat memutus penjajahan korupsi di negeri ini, bukan buat dia tapi buat anak-anak nya kelak buat generasi yang akan datang agar bangsa ini lebih baik.

Tulisan ini kudedikasikan buat Ayahku yang berulang tahun 4 Juli nanti dan telah memasuki masa pensiunnya, meminjam istilah Andrea Hirata, Ayahku ayah nomor satu di dunia :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

Puisi : Zeus di Bukit Olympus

sajak Ibu made in Aan Mansyur