PKS, manuver cerdik atau licik

Judulnya mungkin akan mengundang protes bahkan mungkin tanggapan keras dari para simpatisan PKS, makanya sebelum mulai saya tegaskan ini bukan tulisan politik yang dibayar oleh siapapun, karena saya bukan simpatisan partai apapun atau pergerakan apapun, dalam dunia politik mungkin saya inilah yang dikenal dengan istilah swing voter…walau jika PEMILU diadakan sekarang saya bakal 100% Golput, tapi saya tidak menyarankan orang Golput, gunakan hak anda karena Pemilu ini di biayai oleh Pajak yang saudara bayar :)

PKS adalah partai yang saya kagumi pada tahun 2004, pergerakan partai ini elegan dan mengundang simpati jauh dari trik2 politik (pada saat itu). Dan saya bahkan sempat berandai Hidayat NurWahid adalah Ahmadinejadnya Indonesia.

Kita mulai dengan manuver pertama PKS, pada saat idul adha 2004, PKS sebagai Parpol mengumumkan mereka merayakan Idul Adha lebih cepat, bukan saya menentang dalilnya, tapi kebijakan yang dikeluarkan sebagai partai adalah hal yang aneh. Tidak ada satu partai di dunia pun yang ada pernah mengumumkan Hari Raya jatuh pada hari apa, menurutku ini hanya sebuah tindakan buat mengukur kekuatan politik PKS pada saat itu, dan PKS belum kuat, itu asumsi yang saya dapat.

Manuver kedua terjadi pada PILGUB DKI, PKS secara berani melawan keroyokan partai2 besar, mereka kalah, namun asumsiku mereka tangguh di wilayah Ibu kota.

Manuver-manuver berikutnya terjadi di tahun 2008, memanfaat kan momen 100 tahun kebangkitan Nasional. PKS memulai dengan langkah menghapus ekslusifisme mereka dengan menampilkan pemuda (yang berpenampilan betul2 mahasiswa, rambut ajak, dan baju che Guevara) berteriak “ini dadaku!!!” (Iklan Hari Sumpah Pemuda), manuver ini sebuah langkah politik yang cerdas berusaha menghapus ekslusifisme PKS.

Sayang manuver selanjutnya justru jadi boomerang, PKS menampilkan sosok Pak Harto sebagai Guru Bangsa dan Pahlawan, kontroversi menyeruak, layak tidak Pak Harto mendapat gelar itu, jika anda bertanya kepada saya, saya jawab “mengapa tidak? Dia pemimpin bangsa ini, sama seperti Soekarno dia juga punya salah”. Namun bukan itu yang jadi masalah, tindakan PKS memunculkan Pak Harto adalah tindakan politik yang bersembunyi dibalik topeng nasionalisme dan rekonsiliasi nasional. Jika memang itu sebuah rekonsiliasi nasional, kenapa tidak menghadirkan gambar2 Tan Malaka, dan Sultan Syahrir bahkan Aidit, Karena mereka adalah bagian daripada rekonsiliasi itu sendiri (Pendapat Anhar Gonggong, Ahli Sejarah Indonesia). Jika itu murni Nasionalisme kenapa menghadirkan tokoh2 yang punya massa, kenapa bukan tokoh netral seperti Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Imam Bonjol, , dsb. PKS tidak mau mengakui ini sebagai sebuah maneuver politik untuk mengambil simpati massa simpatisan Orde Baru, simpatisan Nasionalis,simpatisan berbasis agama. PKS mengambil langkah munafik!!!.

Masalah selanjutnya adalah saat demo PKS mendukung palestina, Nampak jelas bahwa PKS mengumpulkan massa dan terkesan menjadi kampanye akbar (Bawaslu menganggap ini pelanggaran), tidak salah mendukung Palestina namun dukung itu secara murni jangan seakan2 jadi alat politik “memperlihatkan diri” ke masyarakat bahwa kita bersih,peduli dan profesional karena bangsa Palestina sudah begitu terluka jangan jadikan mereka juga bahan kampanye anda!!!

Adakah anda lihat partai di dunia yang turun jalan mendukung palestina dengan membawa bendera partai, mereka semua turun dengan satu bendera “orang2 yang cinta kemanusiaan” tanpa embel2 partai apa.

Terakhir dengan cerdiknya (menurutku licik) PKS membuat Poster2 yang bertuliskan “PKS Kuning Tonji” (anda dapat melihatnya di wilayah Makassar,depan kampus Unhas). PKS berusaha memanfaat kan “kegundahan” massa Golkar dengan keluarnya Amin Syam dari Golkar, ada harapan basis yang dulu mendukung Amin Syam dalam PILGUB menjadi basis PKS di SuLSel.

Analisa saya PKS tidak akan menjadi pemenang PEMILU di SULSEL, mereka juga tidak akan sampai 20 % suara, namun ada kemungkinan mereka masuk lima besar PEMILU mendatang.

Sebelum saya mengakhiri tulisan ini saya kutip pernyataan pengurus PKS pada PILGUB lalu saat meninggalkan Azis Qahar Muzakkar (Gubernur di hati mayarakat tamalanrea,Makassar) lalu memutuskan berkoalisi dengan Amin Syam (akhirnya kalah juga).” Ummat sudah bosan dengan kekalahan”. Saya bagian daripada ummat, dan saya tidak perduli apakah kita kalah di dunia ini yang jelas kita bertarung dengan hati.

Maaf atas setiap kata yang tetulis jika seandainya menyinggung perasaan saudara, sesungguhnya ALLAH mengetahui tiap segala sesuatu yang tersembunyi maka jujurlah pada hati

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

sajak Ibu made in Aan Mansyur

Puisi : Zeus di Bukit Olympus