Tentang Sederhana
“Sederhana, sederhana, tak punya apa2 tapi banyak cinta”
Kalimat diatas bukan pidato menteri PAN dan RB Yuddy
Chrisnandi , tapi lirik lagu Slank diambil dari lagu “seperti para koruptor”.
Lagu ini lagu lama tentang hidup itu yang penting sederhana dan bahagia,
percuma punya segalanya tapi tidak tenang seperti para koruptor. Saat lagu ini
ada tak ada yang ribut soal sederhana, mungkin dianggap angin lalu mungkin pula
karena bukan menteri yang menyanyikannya.
Sebenarnya jari dan pikiran sudah mau nulis ini sejak minggu
lalu, pertanyaan pertama yang muncul di benak saya, ada apa dengan bangsa ini
disuruh hidup sederhana saja sampai heboh sekali. Ternyata ada beberapa yang
membuat heboh, pertama soal singkong dan kedua soal apakah pejabat dan
lingkungannya sudah memberi contoh buat itu.
Saya akan mulai membahas soal yang kedua. Menurut saya
prinsip dasar soal nasehat,menasehati, perintah dan pemberi perintah sebenarnya
sangat sederhana. Jika kita yang memberi perintah maka kita harus menjadi
contoh teladan bagi ide kita, contoh jika kita ingin keluarga kita berpola
hidup sederhana maka jangan menggunakan handphone yang terlalu “wah”, jangan
membelikan anak kita yang masih kecil handphone. Dengan begitu diharap ada
contoh ke anak, bapak saya handphonenya
saja begitu, masa saya mau minta lebih?. Itu jika kita ingin memberi perintah
atau nasehat.
Bagaimana jika kita mendengar perintah atau nasehat, prinsip
lebih sederhana lagi jangan lihat siapa yang memerintahkan atau menganjurkan
tapi lihat kebaikan dari perintah dan nasehatnya. Kembali ke anjuran soal hidup sederhana saya
pikir itu hal yang baik, saya memposisikan diri sebagai pendengar perintah atau
nasehat. Soal kemudian apa itu efektif nantinya, itu tergantung pada mereka
yang mempunyai jiwa pemimpin, jika mereka merasa menjadi pemimpin maka mereka
mau menjadi contoh bagi gaya hidup sederhana dan pemimpin itu bukan hanya
presiden dan jajarannya, tapi juga kita jika kita merasa bagian dari
orang-orang yang mesti berada didepan dalam memperbaiki bangsa ini.
Lalu apakah sederhana sebagai aparat membuat kita tak boleh hidup
sejahtera? untuk membahas ini ada definisi yang jelas
soal sejahtera, jika itu berarti bahagia dan berkecukupan maka saya pikir itu
hak semua orang, tapi jika itu berarti hidup lebih kaya dari orang lain, maka
menurut saya itu bukan hak semua orang. Kenapa? Karena untuk menjadi kaya ada
unsur yang harus dipenuhi terlebih
dahulu, sebagai PNS harus bisa mencapai target-target kinerja tertentu sehingga
rakyat yang menggaji kita mau nerimo
gaji kita “tinggi”, sebagai manusia yang hidup dalam lingkungan sosial, hidup
lebih kaya hendaknya setelah melihat lingkungan sekitar, jangan bermewah-mewah
diatas rakyat yang masih menderita. Akan ada yang protes,tapi pemimpin-pemimpin
diatas hidupnya mewah? Jawaban saya sederhana kenapa mesti mencontoh yang
buruk, dan kenapa tidak memulai kebaikan dari diri sendiri.
Soal singkong?
Saya pikir tidak ada yang dirugikan dengan singkong ini,
karena kita hanya dianjurkan makan singkong saat rapat kan?, itupun boleh bukan
singkong tapi bisa diganti dengan kue lokal lain, toh selama ini kita sudah
biasa makan singkong. Coba andaikata diwajibkan makan singkong tiap hari dan
kita tidak suka singkong barulah kita protes.
Saya pikir yang mesti ditangkap dari anjuran hidup sederhana
oleh pejabat kita ialah bahwa kita sebagai pelayan jangan mau jadi lebih merasa
“hebat” daripada yang dilayani, karena kita sebagai pelayan negara lebih
terdidik daripada wakil rakyat yang hidup bermewah-mewahan itu, semestinya tak
usah mencontoh yang diatas mari menjadi teladan dari diri sendiri buat
orang-orang yang kita pimpin, staff kita, anak atau istri maupun pacar kita.
Bagaimana?
Berbeda penafsiran itu wajar kawan :)
Komentar
Posting Komentar