Jokowi, Louis Van Gaal dan Anggaran Belanja
Manchester
United mengawali musim dengan kepercayaan diri, keberhasilan pencitraan melalui
kemenangan-kemenangan laga pramusim menimbulkan kepercayaan yang berlebih,
namun ketika musim dimulai secara mengejutkan Manchester United ditaklukan tim
yang musim lalu mereka jadikan santapan awal musim, dengan skor telak 4-1, kini
mereka menderita kekalahan 1-2 dari Swansea ,secara mengejutkan pula beberapa hari kemudian mereka dilumat MK
DONS 4-0. Menyadari hal itu Luis Van Gaal langsung
bereaksi, anggaran belanja pemain langsung digunakannya dengan menggaet Di
Maria, tapi apa lacur proses itu butuh waktu, melawan Burnley mereka hanya bisa
bermain imbang 0-0, yang membuat manajer Burnley kegirangan, seakan lupa bahwa
Manchester United kini adalah tim medioker semata. Luis Van Gaal beraksi lagi, anggaran belanja digunakan untuk
meminjam Falcao dari A.S Manaco, dengan biaya peminjaman yang fantatis.
Banyak
pihak menilai bahwa kekuatan penyerang pada skuat Manchester United sudahlah
mumpuni dengan adanya Rooney dan Van Persie, yang mereka butuhkan sekarang
adalah seorang bek namun tampaknya Luis Van Gaal sudah yakin dengan
pertahanannya dan mengambil kebijakan klasik “menyerang adalah pertahanan
terbaik”.
****
Jokowi
mengawali bulan ini dengan rasa sumrigah, pencitraan yang dia bangun sebagai
orang baik dan merakyat, mengalahkan pencitraan sosok tegas yang dibangun
Prabowo Subianto. Secara meyakinkan mengalahkan Prabowo Subianto di KPU, MK,
dan terakhir di PTUN (walau sebenarnya yang menang adalah KPU, tapi itu semakin
memperkuat kemenangan Jokowi). Namun
layaknya Manchester United, Jokowi langsung mempersiapkan diri menerima
hantaman keras “subsidi BBM”, pihak pasar sadar ini tak bisa dielakkan, tapi
masyarakat berharap walaupun naik jangan sampai menambah beban masyarakat,dalam
artian jangan sampai harga membumbung tinggi.
Beberapa
pengamat langsung menyoroti hal ini, bagi mereka subsidi jangan diturunkan tapi
memperkuat “penyerangan” melalui sektor penerimaan negara dalam hal ini Pajak.
Hal ini jelaslah sebuah opsi yang masuk akal, jika itu pilihannya maka Direktorat Jenderal
Pajak mesti dipersenjatai dengan peraturan-peraturan yang bisa lebih jauh masuk
ke “pertahanan” wajib pajak khususnya wajib pajak badan, karena jika hanya
memperkuat penerimaan negara melalui UMKM artinya sekali lagi perekonomian
masyarakat bawah yang lebih
banyak terkena dampaknya.
Selain
itu Pajak walaupun jadi sektor penting penerimaan negara, hendaknya mulai
dibantu dengan sektor lainnya. Bukankah kita sadar jika hanya Cristiano Ronaldo
semata, maka Real Madrid dan La Decima
Liga Champions tidak akan pernah terwujud?. Begitu pula kemandirian keuangan negara kita, pajak
adalah faktor penting namun hal ini perlu ditopang juga, salah satunya ialah
dengan menggali potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hal ini dapat
terwujud dengan pendataan aset negara (yang sudah dilakukan) dan ketegasan
terhadap pengelolaannya khususnya terhadap aset negara yang digunakan oleh
Tentara Nasional Indonesia.
Jokowi tidak bisa mengambil strategi menyerang semata,
karena sebagaimana kita ketahui juga bahwa dalam hal pertahanan (baca
pengawalan terhadap penggunaan anggaran), pemerintah kita masih kewalahan, memang kita memiliki bek tangguh bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), namun dia pun sering kali dibuat keteteran dengan tangguhnya penyerang dari tim
korupsi, hal ini mengakibatkan terlalu banyak korupsi di daerah yang tidak bisa
diawasi oleh KPK. Untuk mengatasi hal ini pemerintahan mendatang perlu
mendatangkan “bek baru” atau mengasah kembali ketangguhan pertahanan yang lama
hilang. Cara terbaik ialah dengan memilih Jaksa Agung yang terbaik dan tanpa
kompromi, serta menunjuk Kapolri yang tegas dan berani berhadapan dengan seribu
satu wajah mafia di negeri ini. Jika ini terjadi maka negara ini akan memiliki
“pertahanan anggaran” yang semakin kuat. Karena kita pun sadar percuma
menciptakan 3 gol jika kemudian kita kebobolan 5 gol.
****
Bagi Luis Van Gaal dan Jokowi, tugas berat menanti mereka,anggaran yang telah dan akan mereka
gunakan mesti benar-benar tepat sasaran. Bagi Jokowi sendiri ,dia harus sadar bahwa tidak semua rakyat indonesia adalah
fans Liverpool yang bisa bersabar tanpa prestasi, lebih banyak dari mereka fans
Manchester
United, yang ingin kejayaan itu segera kembali.
Selamat mempersiapkan tim, Bapak Jokowi.
tulisan ini juga dimuat di www.pajak.go.id (klik)
Komentar
Posting Komentar