Harapan
sumber :ardanradio.com |
Saya
yakin anda punya harapan.
Anne
Frank seorang wanita kecil berdarah Yahudi menulis sebuah buku harian yang
berisi tentang ketakutan dan harapannya, dia hidup di masa di mana Hittler
berambisi menjadikan dirinya penguasa dunia, dia kemudian meninggal karena
penyakit tifus pada bulan maret 1945 pada camp konsentrasi di Jerman Utara.
Kenapa
saya menuliskan ini? Kemarin saya menyempatkan diri menonton sebuah film “the
fault in our stars” dalam film tersebut ada adegan dimana dua tokoh utama film
ini (Hazel dan Augustus) mengunjungi rumah tempat persembuyian Anne Frank dan
keluarganya saat di Amsterdam. Anne Frank secara tidak langsung mengajarkan kedua tokoh
ini untuk tidak berpikir tentang penderitaan tapi berpikir tentang kebahagiaan
yang masih tersisa, “Di mana ada harapan di situ ada kehidupan” ucap Anne Frank
dalam buku diarinya.
Hazel
dan Augustus sendiri adalah dua orang remaja yang jatuh cinta dan sama-sama
menderita kanker yang memastikan hidup mereka akan berakhir lebih cepat.
Augustus adalah tokoh yang ceria dan menikmati hidup namun begitu dia sadar kematian
semakin mendekat tetap ada rasa ketakutan yang tak bisa diingkarinya. Walau
kemudian dia bangkit bahkan mengajak Hazel kekasihnya untuk membuat gladi resik
pemakamannya.
***
Bangsa
ini baru saja memilih pemimpin dan itu adalah harapan, Jokowi sendiri kemarin
baru mengumumkan bahwa kabinetnya di dominasi profesional (18 profesional dari
34 kementerian), hal ini menimbulkan harapan. Bangsa ini memiliki
pemimpin-pemimpin daerah yang memperbaiki kota atau daerahnya, ada Risma di
Surabaya, ada Ridwan Kamil di Bandung, ada Nurdin Abdullah di Bantaeng, pemimpin-pemimpin model mereka muncul dan ini
adalah sebuah harapan.
Lalu
kemudian, para wakil rakyat mencoba mengalihkan harapan, dengan niat menentukan
pemimpin-pemimpin di daerah melalui mereka. Tidak ada yang salah dengan itu,
dan berdebat soal itu adalah hal yang lumrah, namun kemudian kita berbicara
tentang harapan rakyat.
Rakyat
memiliki mimpi tiap daerah dipimpin oleh orang-orang terbaik, akses internet
dan media membuat mereka bisa menilai calon pemimpin mereka, dan kalaupun calon
pemimpin itu tidak berasal dari partai mereka bisa mengajukan calon independen.
Mari
duduk berpikir kawan, tanyakan pada nurani kita apakah jika pemilihan kepala
daerah melalui perwakilan, maka partai-partai itu akan mengutus kader
terbaiknya untuk maju atau mengutus kader terloyalnya untuk maju di pemilihan
kepala daerah?.
Kita
tidak sekedar bicara tentang konstitusi, tapi kita bicara tentang harapan. Namun
bila harapan itu tidak terwujud mari kita berpikir soal kebahagiaan yang masih
tersisa. Setidaknya kita punya taman kanak-kanak termahal di dunia.
Komentar
Posting Komentar