Buat Para Mahasiswa Makassar



Bolehkah saya memanggil kalian adik?

Saya hanya seorang dari generasi yang tidak jauh dari generasi kalian, saya juga pernah merasakan bangga berjas almamater itu, memegang spanduk, naik truk, dan duduk-duduk dengar orasi di bandara, gedung DPRD atau Kejaksaan. Sebelum kalian marah dan merasa surat ini akan mengkritik kalian, minumlah segelas air dulu dik, suara kalian hari ini telah berburu dengan angin, disergap gas air mata dan semprotan water cannon aparat.

Tidak, saya tidak akan menceramahi kalian, siapalah saya ini? hanya mantan mahasiswa yang terjebak macet karena aksi melawan korupsi yang kalian perjuangkan,hanya kelas pekerja yang mungkin telah merasa nyaman sehingga lupa akan perjuangan membela rakyat, kelas pekerja yang hanya ingin pulang cepat memeluk anak-anak yang dari pagi saya tinggal demi masa depan mereka.

Aksi kalian ini bukanlah hal yang baru, seorang penulis sekaliber E.S.Ito bahkan memuji kalian dalam tulisannya, dia begitu bangga pada kalian. Dia bangga pada mahasiswa Makassar, menyebutnya sebagai generasi dengan energi yang terpelihara dengan baik, yang selalu bergemuruh penuh semangat dan tiada henti memaki kekuasaan¹. Saya pun bangga akan kalian dik.

Hari ini 09 Desember, kalian sekali lagi turun ke jalan meneriakkan semangat yang sama, semangat bebaskan bangsa ini dari korupsi, hari ini kalian berhadap-hadapan lagi dengan aparat, batu-batu yang melayang, diadang tameng dan pemukul serta gas air mata. Kalian tak salah dik, mungkin aparat-aparat kepala batu itu bisa diremukkan oleh batu-batu kalian. Kalian tak salah,mungkin suara kalian bisa membuat telinga nurani aparat hukum itu mendengar hingga kelak bukan hanya Angie ²saja yang mesti jatuh miskin, dan pingsan setelah menangis histeris.

Hari ini aku bersama kalian dik, berdoa semoga kalian sepulang dari aksi ini mau menelepon orang tua kalian, minta maaf karena telah membuat mereka khawatir dan meyakinkan mereka perjuangan kalian hari ini untuk rakyat. Apakah kalian rindu orang tua kalian dik? yang menjual sawahnya untuk kalian sekolah? yang dari pagi hingga menjelang malam ditimbun berkas-berkas kantor, bahkan dimaki oleh atasan?. Jika iya, aku ingin kalian tahu anak-anakku di rumah jg merindukanku dik, seperti aku merindukan mereka sebagai penghapus lelahku melawan dunia hari ini.

Lanjutkan perjuangan kalian dik, kalian adalah suara rakyat yang sesungguhnya. Aku hanyalah rakyat yang ingin pulang untuk melihat senyum anak-anakku. Kelak semoga kalian tidak menulis hal seperti ini untuk generasi anak-anakku.

Salam
@priyantarno
 
Aksi Demonstrasi sumber : google

Catatan :
². Angelina Sondakh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sajak Ibu made in Aan Mansyur

kontra post, sebuah teori pembukuan usang

Puisi : Zeus di Bukit Olympus