Menapaki Sejarah Kementerian Keuangan
sumber :kementerian keuangan |
“Jangan Sekali-kali meninggalkan
sejarah” –Bung Karno
Jangan tinggalkan sejarah,
dari sejarah kita akan banyak belajar, bangsa ini akan terus diingatkan tentang
Republik Indonesia yang hebat di masa yang lalu, bukan untuk sekedar
bernostalgia, tapi untuk bangkit.
30 Oktober 2013, Kementerian
Keuangan memasuki usianya yang ke-67, walaupun demikian sejak berdirinya
Republik ini di tahun 1945, telah ada Menteri Keuangan yang dijabat pertama
kali oleh Dr.Samsi. Hari jadi Kementerian Keuangan berpatokan pada pengguna
uang pertama Republik Indonesia, dan hal ini tidaklah salah, karena merupakan sebuah
tonggak sejarah perlawanan terhadap Uang NICA Sekutu, yang lebih dulu beredar pada
tanggal 06 Maret 1946. Penggunaan Uang Republik Indonesia pada saat itu adalah
bagian penting dari revolusi Indonesia, menunjukkan adanya eksistensi Republik
Indonesia kepada dunia internasional.
Sejarah seringkali
mengenalkan kita pada nama-nama mereka yang telah berjasa, tulisan ini adalah
bagian daripada itu, bukan untuk mengajarkan tapi bagaimana mengingat kembali
beberapa nama Menteri Keuangan, yang merupakan tokoh-tokoh hebat dengan
semangat dan niat luhurnya, patut kita contoh pada masa sekarang ini.
1. Syafruddin
Prawiranegara.
Seorang negarawan yang mencintai
Republik ini lebih daripada nyawanya sendiri, lahir di Banten 28 Februari 1911,
beliau adalah menteri Keuangan yang menjabat tiga kali sebagai Menteri Keuangan
yakni pada Kabinet Sjahrir, pada masa Republik Indonesia Serikat, dan pada masa
Kabinet Natsir. Kebijakan beliau yang patut kita kenang ialah kebijakan
“gunting Syafruddin”, Kebijakan ini ialah kebijakan memangkas nilai uang pada
saat itu, beliau juga mengeluarkan kebijakan sertifikasi devisa yang menekan
jumlah impor yang membuat kalangan pengusaha pada saat itu marah, namun
tindakan-tindakan beliau berhasil menurunkan harga barang-barang pokok dan pada
tahun 1951 membuat lonjakan nilai kas pemerintah menjadi Rp.6.990 M, dari nilai
sebelumnya Rp.1.871 M.
Hal yang menarik ialah saat kebijakan “Gunting Syafruddin” diambil ,
para pejabat pada saat itu membuktikan dedikasinya kepada Republik, dengan
mendahulukan kepentingan Bangsa daripada kepentingan pribadi masing-masing. Hal
ini dapat dilihat dari bagaimana Rahmi (istri bung Hatta) tidak jadi membeli
mesin jahit karena uang yang ditabungnya berkurang nilainya, padahal sebagai
istri Wakil Presiden saat itu, dia semestinya tahu kapan kebijakan itu akan
berlaku sehingga bisa membelinya saat nilai mata uang belum dipangkas.
Syafruddin Prawiranegara sendiri, wafat
pada umur 77 tahun, pada akhir masa hidupnya beliau memilih jalan dakwah,
beliau selalu mengajarkan bahwa manusia tidak perlu takut pada manusia, takut
hanya kepada Allah. Beliau seakan ingin meninggalkan pesan jika menjadi
siapapun manusia kita kelak hendaklah perbuatan manusia itu dilandasi takut
kepada Allah, bukan takut terhadap ini dan itu, atau kepentingan ini dan
kepentigan itu.
2. Frans
Seda
Fransiscus Xaverius Seda, atau yang
lebih dikenal dengan Frans Seda,beliau lahir di Flores tanggal 04 Oktober 1926.Seorang tokoh
dalam politik Indonesia,baik dimasa Orde Lama
Orde Baru, maupun di era Reformasi. Pada masa Orde Lama beliau merupakan
ketua Partai Katolik .
Beliau menjabat sebagai Menteri Keuangan
pada tahun 1966-1968, pada masa itu adalah masa transisi, dan pergolakan
Republik Indonesia, kondisi ekonomi pada saat itu sangat tidak baik,inflasi
ekonomi saat itu 650% beliau berhasil menurunkannya jadi 112%, beliau mampu membawa bangsa ini ke kondisi ekonomi yang lebih stabil, beliau menerapkan kesatuan
penanggaran pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model
penerimaan dan belanja yang berimbang, beberapa tokoh nasional menyebutnya
Pahlawan Keuangan Indonesia.
Cerita yang menarik dari beliau, beliau
pernah membeli semua hasil panen seorang petani, agar hanya petani tersebut
dapat segera pulang melihat anaknya yang sakit.
Beliau adalah seorang yang sangat
berdidikasi yang lahir dari rahim ibu pertiwi, walau berasal dari kalangan
minoritas tapi dia mencintai bangsa ini secara utuh.
Beliau juga aktif mengajar hingga
masa-masa akhirnya, dan aktif dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,
beliau meninggal pada usia 83 tahun.
3. Mari’e
Muhammad
Lahir di Surabaya, 03 April 1939, beliau
adalah Menteri Keuangan di masa terakhir Orde Baru, bekas Direktur Jenderal
Pajak ini adalah seorang pegawai yang
memiliki dedikasi dan keberanian yang tinggi, karena kejujurannya banyak
orang menggelarinya sebagai “Mr.Clean”
, selama lima tahun di Ditjen Pajak
(1989-1993) beliau melakukan proses bersih-bersih, dan meningkatkan
penerimaan negara menjadi 19 Triliun dari target hanya 9 Triliun, pada saat
menjabat Menteri (1993-1998), beliau menolak dana taktis dan anggaran perjalan
dinas yang dinilai terlalu besar.
Cerita yang menarik dari sosok beliau,
ialah beliau bukanlah orang yang sedang liburan keluar negeri, salah satu
ketegasan beliau ialah melarang anggota keluargana memanfaatkan fasilitas
negara.
Tubuhnya yang kurus, gaya berpakaian
safarinya dan semua kesederhanaannya selama menjabat baik sebagai Dirjen Pajak
maupun sebagai Menteri Keuangan, menurut penulis merupakan contoh yang harus
ditiru oleh para pejabat dan pegawai di Kementerian Keuangan
4. Sri
Mulyani
Adakah yang tak mengenal
beliau?, Srikandi Indonesia kelahiran Bandar Lampung 26 Agustus 1962 yang kini
menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia merupakan wanita satu-satunya
yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan hingga saat ini, ketegasan dan
keberaniannya melawan segala sesuatu yang tidak sesuai menurut nuraninya adalah
suatu hal yang patut dicontoh dari beliau, walau namanya sering dibawa-bawa
dalam Kasus Century, tidak membuat keberaniannya menciut.
Cerita
menarik dari sosok beliau adalah bakti tulusnya kepada negeri ini, saat
Republik ini terancam krisis moneter jilid dua, beliau memilih fokus mengawasi
perekonomian negeri, padahal ibunda beliau terbaring sakit , bahkan saat ibunda
beliau meninggalkannya untuk selamanya, dia hanya bisa membulirkan air mata
melalui telepon didepan berkas-berkas kondisi ekonomi terkini bangsa ini.
Mengutip
pernyataan wartawan senior Kompas yang pernah meliput di Istana Negara “di
Istana ada dua ani, bu ani dan mbak ani”. Benar di Istana ada dua Ani, tapi
hanya satu yang layak jadi srikandi.
Masih
banyak tokoh lain yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, bahkan dalam
sejarah Orde Lama Menteri Keuangan pernah dipimpin oleh seorang Tionghoa yakni
DR.Ong Eng Die, namun keempat tokoh di atas adalah mereka yang layak menjadi
contoh bagi pejabat maupun pegawai
Kementerian Keuangan.
Tulisan
ini lebih bertujuan memutar kembali sekilas sejarah Kementerian Keuangan, untuk
membuat “api” tetap menyala.
Dirgahayu
Kementerian Keuangan.
Komentar
Posting Komentar